Sabtu, 23 November 2013
Elemen Elemen Pertumbuhan Iman Kristen
statis dan juga bukan orang yang sempurna.
Seorang Kristen sejati adalah seorang yang
terus berproses. Dari realita menuju ideal yang
Tuhan inginkan. Memahami proses antara
realita di sini dengan ideal di sana kita perlu
mengerti elemen-elemen pertumbuhan. Hal ini
dibicarakan oleh Paulus dalam Ef 1:15-23. Di
dalam Ef 1:15-23 ini, kita menemukan enam
elemen yang menjadi dasar pertumbuhan.
Keenam elemen ini ialah: pertama Iman di
dalam Kristus (ay. 15); kedua, Kasih terhadap
semua orang kudus (ay. 15); ketiga Roh hikmat
(ay. 17); keempat Wahyu (ay. 17); kelima
Pengharapan di dalam panggilan Kristus (ay.
18); keenam Kuasa Kebangkitan Kristus (ay. 19).
Keenam hal ini harus berproses di dalam hidup
kita. Jika keenam elemen ini bertumbuh dengan
baik, itu membuktikan Gereja tersebut sukses.
Penilaian Allah tentang kriteria kesuksesan
Kristen berbeda dengan penilaian manusia.
Kesuksesan Gereja menurut pandangan
manusia seringkali diukur secara mekanis
dengan kriteria yang bisa diukur dan secara
fenomena. Ini terjadi karena kita seringkali
dibentuk oleh format dunia. Contoh, ketika Saul
ditolak oleh Tuhan, maka Tuhan mengutus
Samuel kerumah Isai untuk mengurapi salah
satu anak Isai menjadi raja. Ketika Samuel
melihat anak-anak Isai, kita melihat justru apa
yang dinilai oleh Samuel berbeda dengan
penilaian Tuhan. Samuel melihat apa yang
kelihatan sedangkan Tuhan melihat hati
manusia.
Bagi Samuel Daud tidak cocok menjadi raja
tetapi itulah yang Tuhan pilih. Jadi prinsip
kesuksesan Kristen adalah kembalinya
seseorang di dalam proses yang Tuhan
kehendaki. Kesuksesan Kristen tergantung pada
proses pertumbuhan dari keenam elemen
yang Paulus bicarakan dalam Ef 1:15-23.
Bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, wahyu,
pengharapan, dan di dalam kuasa kebangkitan.
Keenam elemen ini harus bertumbuh di dalam
hati kita. Inilah tanda dari seorang Kristen sejati.
Oleh sebab itu Gereja wajib melakukan semua
daya agar keenam elemen ini bisa bertumbuh.
Hanya dengan demikian orang-orang Kristen
bisa menjadi contoh ditengah dunia. Sekarang
mari kita telusuri mulai dari poin pertama. Di
dalam bagian pertama yang Paulus soroti
adalah iman di dalam Kristus. Hal ini penting
karena prinsip pertumbuhan Kristen di mulai
dari iman kepada Kristus. Ini tidak bisa
diganggu gugat.
Iman merupakan basis dari semua cara
berpikir kita dan kehidupan kita. Di dalam
bidang apapun kita memulainya dengan iman.
Misalnya, seorang ilmuwan sejati dimulai
dengan iman bukan rasio. Ketika kita
mempelajari baik ilmu pengetahuan maupun
filsafat kita akan mulai dengan paradigma.
Paradigma di sini istilah lain untuk iman.
Pengertian paradigma adalah satu set
kepercayaan yang dipegang pertama menjadi
hipotesa untuk melakukan segala sesuatu.
Hipotesa ini sendiri belum dibuktikan
kebenarannya. Tidak ada satu ilmu
pengetahuan yang tidak mulai dengan iman.
Fakta membuktikan kita memulai sesuatu
dengan iman. Sejak dibangku sekolah kita
mulai dengan iman, misalnya 2 + 2 = 4 kita
percaya tanpa ragu. Apa yang guru kita
katakan kita percaya tanpa kita menguji dan
membuktikan kebenarannya. Celakanya
ditengah dunia ini kita berdiri di atas iman yang
diterpa oleh filsafat postmodern yang bersifat
relatif. Apa yang aku percaya dengan yang
kamu percaya, dua hal yang berbeda. Iman ini
bersifat subyektif. Celakanya kondisi ini bukan
hanya dialami oleh orang-orang diluar
Kekristenan.
Hal ini terjadi juga di dalam Kekristenan. Itu
sebabnya kita perlu mengerti iman dengan
benar. Di dalam Ef 1:15, Paulus membicarakan
konsep iman yang menyeluruh. Hari ini kita
akan menelusuri sedikit demi sedikit dalam
kitab Efesus ini. Pertama, Paulus mengatakan,
"iman sejati adalah iman yang harus terkait
dengan Kristus (ay. 15). Jika kita bandingkan
dengan Ef 4:13, maka tujuan hidup kita adalah
sampai kita semua telah mencapai kepenuhan
iman. Iman di sini merupakan satu proses dari
titik awal hingga titik akhir. Di sini Paulus
menuntut kesatuan iman dan pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah. Kaitan antara
iman dengan pengertian yang benar tentang
Kristus merupakan dua hal yang tidak bisa
dilepaskan. Pengertian iman jika tidak kembali
kepada Kristus yang sejati berarti bukan iman
Kristen. Di dalam Roma 1, membicarakan
bahwa hidup Kristen dimulai dari iman menuju
kepada iman (Rm 1:16-17). Di sini prinsip
kebenaran Allah dimulai dari iman menuju
kepada iman. Di dalam Why. 2, jemaat Efesus
dipuji karena mereka tidak sembarangan
mempermainkan dan menjual iman mereka
ketika rasul-rasul palsu mencoba
mempengaruhi mereka. Hanya sayang kasih
mereka kemudian luntur. Kedua, iman bukan
sekedar iman yang kembali kepada Kristus dan
pengenalan yang sejati kepada Kristus. Yang
kedua, iman harus mencapai integritas iman.
Iman yang sejati haruslah iman yang
mempengaruhi seluruh pikiran dan hidup kita.
Ketika kita mendengar firman Tuhan seringkali
timbul benturan. Benturan ini merupakan
benturan iman. Kita hanya melihat fenomena
terbenturnya konsep tetapi sebenarnya
terbenturnya akar. Ketika hal ini terjadi kita
mengalami konflik. Akibatnya Iman menjadi
iman yang tidak bersatu.
Iman hanya bersifat permukaan dan iman tidak
menggarap persatuan yang sejati. Padahal
dalam ayat ini, Yesus menuntut kesatuan iman.
Iman sejati harus terimplementasi secara
integritas dan inilah yang dituntut dari kita
setiap orang Kristen. Kita hidup ditengah-
tengah situasi relatif dan subyektif. Dan ini
sangat berpengaruh di dalam Kekristenan
sendiri. Jika imanku dengan imanmu berbeda,
lalu bagaimana? Tidak usah ribut-ribut yang
penting kita bersatu. Disini terjadi
penggabungan namun bukan integrasi yang
sejati. Di sini kelihatannya bersatu namun
belum mencapai kesatuan iman yang
sesungguhnya. Belum kembali kepada
pengenalan Kristus yang sejati. Paulus tegas
sekali dalam hal ini. Pengetahuan iman tentang
Kristus harus dibereskan. Masalahnya, siapa
yang melakukan? Di dalam Ef 4:11-12
jawabannya jelas bahwa setiap orang Kristen
harus menggarap imannya. Pendeta, penginjil,
pengajar, semua Tuhan berikan untuk
memperlengkapi jemaat Tuhan. Gereja yang
sejati adalah Gereja yang mendidik setiap
jemaat untuk belajar firman Tuhan dengan
baik. Gereja yang tidak mendidik setiap jemaat
untuk belajar firman dengan baik berarti Gereja
itu lumpuh. Tugas mengerti firman Tuhan
dengan baik adalah tugas jemaat. Gereja
Reformed Injili berdiri menegakkan firman
Tuhan dan kita tidak main-main. Tuhan
menugaskan kita untuk memperlengkapi diri
supaya kita bisa menjadi alat Tuhan di dalam
pembangunan tubuh Kristus. Setiap orang
Kristen harus mencapai kesatuan iman. Setiap
orang Kristen harus mendapatkan pengetahuan
yang benar tentang anak Allah. Setiap orang
Kristen harus mencapai kedewasaan penuh
dan mencapai kepenuhan yang sesuai dengan
kepenuhan Kristus. Ini yang dituntut dalam
Efesus 4. Ketiga, Iman sejati bukan sekedar
diintegrasikan tetapi iman sejati harus bertahan
di dalam penderitaan dan kesengsaraan.
Ditengah-tengah berbagai macam terpaan
badai dan berbagai iming-iming kemanisan
dunia yang berdosa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar